Pemuda dan Sosialisasi

Pemuda dan Sosialisasi

Nama : Arie Apriandi Fajar
NPM : 21318054
Kelas : 1TB05
Jurusan : Teknik Arsitektur

Dosen Pembimbing : Ditiya Himawati, SE, MM.




1.1 Internalisasi Belajar dan Spesialisasi
- Pengertian
Internalisasi adalah proses norma – norma kemsyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja, akan tetapi mungkin norma – norma tersebut sudah mandarah daing dalam jiwa anggota – anggota masyarakat.
- Proses Internalisasi
Proses perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau dengan besar – besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi, bahkan seakan – akan tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif) perubahan tadi.

Sebagian besar pemuda mengalami/menikmati suatu Pendidikan yang lebih tinggi dari orang tuanya hal mana merupakan intinya berkurangnya pengertian antara orang tua dengan anak. Banyak masalah tidak terpecahkan oleh mereka karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami oleh siapa pun dalam lingkungannya dan karena anak – anak juga dapat menikmati bimbingan yang akan memudahkan mada depan mereka seperti sedia kala.
- Peranan Sosial Mahasiswa dan Pemuda di Masyarakat
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.
Sarana tempat hiburan tumbuh pesat bak “jamur di musim hujan” arena billyard, playstation, atau arena hiburan ketangkasan lainnya, hanyalah tempat bagi anak-anak dan generasi muda membuang waktu secara percuma karena menarik perhatian dan waktu mereka yang semestinya diisi dengan lebih banyak untuk belajar, membaca buku di perpustakaan, berorganisasi atau mengisi waktu dengan kegiatan yang lebih positif.
Peran pemuda yang seperti ini adalah peran sebagai konsumen saja, pemuda dan mahasiswa berperan sebagai “penikmat” bukan yang berkontemplasi (pencipta karya). Dapat ditambahkan disini persoalan NARKOBA yang dominan terjadi di kalangan generasi muda yang memunculkan kehancuran besar bagi bangsa Indonesia.




1.2 Pemuda dan Identitas
- Pengertian
Pemuda adalah suatu generasi yang dipundaknya dibebani bermacam – macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya.
Lebih menarik lagi, generasi ini memiliki masalah – masalah yang bervariasi. Namun disamping harus menghadapi berbagai permasalahan, pemuda harus meiliki – memiliki potensi penting yang melekat pada dirinya dan sangat penting sebagai sumber daya manusia. Oleh karena itu berbagai potensi positif yang dimiliki generasi muda harus digarap, dalam arti pengembangan dan pembinaannya harus kehendak asas, arah dan tujuannya.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menetukan kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri ditengah – tengah masyarakat. Oleh karena itu pemuda harus melalui proses kematangan diri dan belajar dari berbagai sosialisasi yang ada di masyarakat.
- Pembinaan dan Pengembangan
Pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 0323/U/1978 tanggal 28 Oktober 1978. Maksud dari Pola Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda adalah agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penangannya benar – benar menggunakan sebagai pedoman sehingga pelaksaannya dapat terarah.
- Masalah Generasi Muda
Masalah pemuda meupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh setiap generasi dalam hubungannya dengan generasi yang lebih tua. Problema ini disebabkan karena sebagai akibat dari proses pendewasaan seseorang, penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbullah harapan setiap pemuda akan mempunyai masa depan yang lebih baik.
Masalah antar generasi merupakan masalah suatu masyarakat yang dikenal sejak dahulu kala. Yang dipermasalahkan adalah niali – nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat – saat kritis. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan bagaimana kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Adapun pokok masalah ini adalah bahwa dalam masyarakat dengan sistem tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara berlanjut, diawasi oleh social control masyarakat. Suatu masyarakat akan mengalami stabilisasi social apabila “proses reproduksi generasi” berjalan dengan baik, sehingga terbentuklah personifikasi, identifikasi – identifikasi dan solidaritas sebagaimana diharapkan generasi sebelumnya.
Seringkali ditemukan pemuda – pemuda telah menikah, mempunyai keluarga menikmati hak politiknya sebagai warga negara tetapi dalam segi ekonominya masih bergantung dari orang tuanya yang tinggal agak jauh dari tempat tinggalnya.
- Potensi Generasi Muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda perlu dikembangkan adalah:
a. Idealisme dan daya kritis
b. Dinamika dan kreatifitas
c. Keberanian mengambil resiko
d. Optimis dan kegairahan semangat
e. Sikap kemandirian dan disiplin murni
f. Terdidik
g. Keanekaragaman dalam persatuan dan kesatuan
h. Patriotisme dan nasionalisme
i. Sikap kesatria
j. Kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi




- Tujuan Pokok
Tujuan Pokok Sosialisasi yaitu :
o Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak dimasyarakat.
o Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
o Pengendalian fungsi – fungsi organik yang dipelajari melalui latihan – latihan mawas diri yang tepat.
o Bertingkah laku selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada Lembaga atau kelompok khususnya masyarakat umum.
1.3 Perguruan dan Pendidikan
- Pengertian
Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh berbagai factor seperti : kualitas sumber daya, tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang kuat dan efisien. Hal ini karena manusia bukan semata – mata menjadi obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan makam setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan, sedangkan sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut harus bias dinikmati oleh setiap orang.
Disinilah tersebut terletak arti penting dari Pendidikan sebagai upaya untuk terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai masyarakat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara “self prospelling” dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam Pendidikan pendudukannya.
- Mengembangkan Potensi Generasi Muda
Upaya Indonesia untuk mengembangkan potensi generasi muda agar menjadi inovator – inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi. Pembinaan sedini mungkin difokuskan pada tingkat SMP/SMA, dengan cara menyelenggarakan karya ilmiah tingkat Nasional oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Pembinaan dan Pengembangan potensi generasi muda pada tingkat perguruan tinggi, lebih banyak diarahkan pada program – program studi dalam berbagai Pendidikan formal. Mereka dibina dilaboratorium – laboratorium dan pada kesempatan praktek – praktek lapangan.
Generasi muda memang betul – betul merpukan sumber daya bagi pengembangan masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan pengertian khusus harus diberikan bagi kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Di negara-negara maju, salah satu di antaranya adalah Amerika Serikat, para mahasiswa sebagai bagian generasi muda, didorong, dirangsang dengan berbagai motivasi dan dipacu untuk maju dalam berlomba menciptakan suatu ide / gagasan yang harus diwujudkan dalam suatu bentuk barang, dengan berorientasi pada teknologi mereka sendiri. Untuk mengembangkan ide-ide / gagasan-gagasan itu, Institut Teknologi Maschussets (MIT) Universitas Oregon dan Universitas Carnegie Mellon (CMU), telah membuat proyek bersama berjangka waktu lima tahunan, melibatkan sekitar 600 mahasiswa dan 55 anggota fakultas dalam program-program belajar dan membaharu dalam wadah Nasional Science Foundation (NSF), di masing-masing pusat inovasi universitas-universitas tersebut. Hasil yang dicapai proyek itu : Lebih dari dua lusin produk, proses atau pelayanan baru telah dipasarkan dan menciptakan hampir 800 pekerjaan baru, dan memperoleh hasil penjualan sebesar $46,5 juta (Kingsbury. Louise, 1978:59) [3].




Gagasan dan pola kerja yang hampir serupa telah dikembangkan pula di negara-negara Asia, misalnya : Jepang, Korea Selatan, Singapura, Taiwan. Jerih payah dan ketentuan para inovator pada sektor teknologi industri itu membawa negara-negara itu tampil dengan lebih meyakinkan sebagai negara-negara yang berkembang mantap dalam perekonomiannya.




Sebagaimana upaya bangsa Indonesia unrtuk mengembangkan potensi tenaga muda agar menjadi inovator-inovator yang memiliki keterampilan dan skill berkualitas tinggi.




- Alasan untuk berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi
Mengapa semua individu khususnya di Indonesia wajib mengenyam pendidikan selama 12 tahun? maka jika tidak, akan terjadi akibat seperti Pengangguran Semakin Banyak, Generasi Muda tidak ada, perampokan, pembunuhan dan lain sebagainya. (Menakutkan bukan) faktor: hanya karena pendidikan yang mahal. Syukurlah pemerintah punya program sekolah gratis selama 9 tahun, “itu setahu saya karna saat SMA saya masih bayar”. Jadi kesimpulannya mengapa individu harus mengenyam pendidikan adalah karna setiap individu harus sekolah Minimal selama 12 tahun agar disaat seseorang beranjak dewasa, seseorang itu dapat bermanfaat sebagai pemuda yang aktif didalam lingkungan masyarakat dan akan menjadi Generasi Penerus yang akan menjadi Pemimpin yang baik mengerti rakyat dan memajukan bangsa ini ke arah yang lebih baik.












1.4 STUDI KASUS

SOSIAL MEDIA SEBAGAI ALAT PERJUANGAN PEMUDA




Pulau Indonesia berhasil keluar dari cengekraman pemimpin otoriter di tahun 1966 dan 1998.
Melihat track record pemuda Indonesia yang gilang gemilang, sudah menjadi kewajiban kita untuk meneruskannya. Pemuda Indonesia adalah motor penggerak yang hakiki. Pemuda berjuang mengawal pemerintahan yang bersih, membela keadilan yang semakin jarang ditemukan di negeri ini.
Pemuda mengawal perubahan lewat caranya sendiri. Pemuda di tahun 1928 menunjukkan eksistensinya dengan berorganisasi, sementara pemuda di tahun 1966 dan 1998 menuntut perubahan lewat konsolidasi massa yang turun ke jalan. Kini dengan semakin majunya zaman, jalan yang dipilih sebagai sarana berjuang juga semakin banyak.
Salah satu media perjuangan pemuda kontemporer adalah lewat sosial media. Dunia maya yang awalnya hanya sebagai alat pencari informasi maupun kesenangan ternyata juga dapat digunakan sebagai alat pergerakan. Reformasi di Tunisia bisa menjadi contoh. Tidak akan pernah terbayangkan sebelumnya bahwa perubahan rezim di salah satu negara di Afrika Utara tersebut salah satunya diawali lewat dunia maya. Akibat sistem ekonomi yang tidak menguntungkan rakyat, para pemuda membangun jejaring untuk melakukan perubahan lewat sosial media seperti facebook, twitter maupun blog. Walaupun pemerintah kemudian melarang penggunaan media-media tersebut, bahkan menangkapi para blogger yang dikenal kritis, namun perjuangan menuntut perubahan tetap berjalan hingga akhirnya presiden Zine El Abidine Ben Ali mundur.
tidak kita dapat mengambil contoh positif dari penggunaan sosial media. Karena peran generasi muda Tunisia dan pemanfaatan sosial media sebagai sarana perjuangan maka perubahan yang dikehendaki sebagian besar masyarakat Tunisia dapat terealisasi.
Pemanfaatan sosial media sebagai atal perjuangan pemuda merupakan hal yang vital. Ketika media konvensional sudah menjadi alat sekelompok elit untuk menyebarkan agenda kepentingannya atau menjadi alat pengeruk rupiah bagi para kapitalis, maka sosial media menjadi sarana penyedia informasi yang independen. Semua orang bisa terlibat di dalamnya karena sosial media bersifat bias kepemilikan.
Inilah yang harus mampu dimanfaatkan para generasi muda. Apalagi para pemuda yang memiliki gagasan untuk maju harus bertarung dengan kaum elit yang memiliki lebih banyak modal untuk menang seperti modal kekuasaan, modal keuangan, maupun modal kekerasan yang sah. Melalui dunia maya sisi lain dari dinamika kehidupan di negeri ini bisa menjadi konsumsi publik. Sosial media menjadi tempat terkuaknya permasalahan yang luput dari pemberitaan media.
Dunia maya juga menjadi tempat yang tepat untuk memperlihatkan eksistensi. Pemuda bisa mengungkapkan gagasannya dengan bebas. Pemuda bisa menuliskan ide-idenya tanpa harus dimuat di media massa besar karena sudah memiliki media alternatif yang siap menampung setiap kata-katanya. Dari sinilah generasi muda diharapkan berperan aktif dalam perubahan zaman.
kebenaran dan bersikap kritis melalui situs jejaring sosial maupun blog, kita sebenarnya telah ikut berperan seperti pemuda-pemuda Indonesia di setiap zaman.
Salah satu bentuk kesuksesan dalam perjuangan melalui pemanfaatan sosial media ada dalam kasus Prita Mulyasari. Prita yang awalnya hanya curhat di blog pribadinya tentang pelayanan buruk yang diterima saat dirawat di salah satu rumah sakit justru berakibat pada ancaman hukuman karena dianggap mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut.
Salah satu bentuk kesuksesan dalam perjuangan melalui pemanfaatan sosial media ada dalam kasus Prita Mulyasari. Prita yang awalnya hanya curhat di blog pribadinya tentang pelayanan buruk yang diterima saat dirawat di salah satu rumah sakit justru berakibat pada ancaman hukuman karena dianggap mencemarkan nama baik rumah sakit tersebut.
Vonis yang mengancam Prita akibat curhatannya dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai hukuman yang mengada-ada. Kasus yang menimpa Prita seperti menjadi bukti buruknya sistem penegakan hukum di negeri ini. Para aparat penegak hukum bukannya membela yang benar justru membela yang berkuasa. Apalagi dalam perkembangannya muncul desas desus bahwa para penegak hukum mendapat layanan khusus dari rumah sakit yang menggugat Prita untuk memenangkan kasusnya.
dimaksudkan untuk menggalang uang dari masyarakat. Koin Untuk Prita menjadi media masyarakat dalam memberikan dukungan moral sekaligus simbol perlawanan terhadap para pemilik kewenangan di negeri ini yang bertindak semena-mena.
Selain kasus Prita, kasus kriminalisasi yang menimpa Bibit-Candra, dua pimpinan KPK juga dapat dikategorikan sebagai keberhasilan sosial media sebagai sarana perjuangan. Lagi-lagi, berkat pembentukan akun facebook “Gerakan Tolak Kriminaisasi KPK” dan disertai aksi turun ke jalan mendukung Bibit-Candra kasus ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat hingga berakhir dengan dibebaskannya dua pimpinan KPK tersebut lewat wewenang presiden.
Tentu masih banyak lagi permasalahan ketidakadilan yang terekspos berkat kehadiran sosial media, baik itu dalam skala besar maupun kecil. Namun yang perlu diperhatikan, sebagian besar perjuangan tersebut digerakkan oleh generasi muda. Merekalah yang menjadi motor penggerak perubahan. Mereka yang telah mendobrak sistem penyelewengan dalam penegakkan keadilan di negeri ini. Pemuda pula yang rela berjejaring, mengkonsolidasikan masaa baik itu lewat dunia nyata maupun maya untuk menyerukan keadilan, meskipun yang mereka bela belum tentu orang yang dikenalnya
patut diperjuangkan.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa perjuangan dan perubahan yang terjadi di Indonesia tidak dapat terlepas dari andil generasi mudanya. Pemuda di setiap zaman berjuang membela keadilan lewat jalannya sendiri. Kini dengan semakin majunya teknologi, maka semakin maju pula cara pemuda menyuarakan keadilan. Demonstrasi bukan lagi sarana tunggal bagi para pemuda untuk menuntut perubahan. Sosial media jadi salah satu tempat pemuda merepresentasikan idenyaa. Melalui sosial media, pemuda dari seluruh penjuru negeri saling berjejaring, berkomunikasi untuk menghasilkan gagasan brilian. Semua itu demi terciptanya Indonesia yang adil dan sejahtera.
Maka benar apa yang dikatakan Bung Karno, “Seribu orang tua hanya bisa bermimpi, maka berikanlah aku lima pemuda agar dapat mengubah dunia.”




















DAFTAR PUSTAKA
H. Abu Ahmadi, Drs, ILMU SOSIAL DASAR, Rineka Cipta, 1990
https://pandanwulan.wordpress.com/2011/11/03/tugas-ilmu-sosial-dasar-pemuda-dan-sosialisasi/


Munandar Soelaeman, ISD TEORI DAN KONSEP ILMU SOSIAL, edisi revisi, PT. Eresco Bandung, 1989
x

x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pihak - Pihak yang Terlibat dalam Suatu Proyek Beserta Tugas Hak & Kewajian

PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR